Menangani masalah komunikasi dan memulihkan rasa aman

Percakapan antar pribadi dalam sebuah organisasi acap kali berada dalam situasi yang tidak enak, bahkan dirasakan mengganggu, ketika ada hal-hal yang dianggap berbahaya: ada masalah yang beresiko tinggi, ada perbedaan pendapat dan kepentingan yang besar, apalagi ditambah emosi yang kuat. Banyak orang menghindari percakapan seperti ini, atau gagal untuk menangani dengan baik, sehingga terjadilah situasi diam atau konflik yang memanas. Dalam sebuah dialog yang baik, informasi seharusnya mengalir dengan mudah. Kita bisa membicarakan masalah yang timbul, dan tetap berada dalam relasi yang baik. Kita tidak perlu memilih untuk memprioritaskan pada hubungan atau tugas, tapi berusaha untuk meningkatkan kualitas keduanya.

Percakapan yang tidak kondusif akan terlihat dalam situasi yang canggung, emosional, bisa cenderung dingin atau bahkan memanas.

Percakapan yang tidak kondusif akan terlihat dalam situasi yang canggung, emosional, bisa cenderung dingin atau bahkan memanas. Kita akan melihat orang-orang yang menggunakan topeng, saling menghindari, saling menjauhi, berusaha mengendalikan, memberikan lebel, saling menjatuhkan, tidak percaya atau ragu-ragu satu sama lin: pada saat itulah kita perlu bergeser dari “apa yang sedang dibicarakan” menuju “bagaimana kita akan membicarakan hal ini”. Mengapa? Karena saat kita melihat tanda-tanda orang berdiam diri atau berlaku agresif, itu berarti orang merasa tidak aman. Saat kita mencoba untuk membicrakan “bagaimana”, maka kita punya kesempatan untuk membuat situasi menjadi aman kembali.

Saat kita berbicara tentang “bagaimana” kita akan berkomunikasi, itu berarti kita sedang menangani masalah komunikasi secara langsung. Kita membahas hal-hal apa yang menghalangi komunikasi kita. Mungkin sebelumnya akan ada orang yang merasa sedang berhubungan dengan hal yang sangat menakutkan, namun setelah kita membicarakan masalah komunikasi itu dengan tenang, bisa jadi kita dapat membuat masalah komunikasi itu menjadi sesuatu yang dapat ditangani, dan bukan suatu penghalang yang tidak dapat ditanggulangi.

Rasa aman adalah sebuah kondisi ruang sosial, sebuah tempat yang nyaman bagi seseorang untuk memperlihatkan dirinya

Rasa aman adalah sebuah kondisi ruang sosial, sebuah tempat yang nyaman bagi seseorang untuk memperlihatkan dirinya: kehendak, pemikiran, perasaan, keraguan, pertanyaan, kebutuhan dan pergumulan. Itu sebuah tempat yang aman untuk mengambil resiko antar pribadi, dan tiada hukuman seperti penghakiman negatif, dipermalukan, dihina atau diasingkan.

Rasa aman dibutuhkan orang-orang supaya bisa terbuka dan terlibat dalam aliran perbincangan. Tanpa rasa aman, informasi dan energi organisasi akan terhalang dan digunakan untuk perlindungan. Hal ini akan memperlambat interaksi semua orang dan secara negatif mempengaruhi inovasi, perubahan dan kualitas keputusan maupun hal-hal yang dihasilkan organisasi.

Kita dapat memulihkan rasa aman dan membangun kembali komunikasi yang selaras. Kuncinya adalah dengan cara menyuarakan apa yang kita amati dan kita rasakan. Jadi kita membereskan masalah dengan menaruh masalah di hadapan kita dan membahasnya. Ketika kita membagikan apa yang kita alami dengan baik, kita sedang belajar untuk menjadi transparan dan jujur. Tunjukkan hal-hal yang ambigu dan tidak jelas, yang tidak selaras maupun yang tidak pasti. Terlibatlah dengan cara memberi kejelasan dan melepaskan ketegangan negatif. Bukakan apa yang kita miliki dan tunjukkan bahwa kita tidak memiliki sesuatu ataupun agenda tersembunyi – dan bahwa kita sedang mempertimbangkan kesejahteraan bersama. Moga-moga dengan cara itu kita sedang membangun rasa aman dan komunikasi yang lebih baik.

Leave a comment